السبت، 23 أغسطس 2008

METODE DA'WAH KEJALAN ALLOH SWT


METODE DA'WAH KEJALAN ALLOH SWT
( oleh : Dhofir El Yahya )[1]

Pendahuluan

Sebagaimana kita ketahui da'wah adalah merupakan suatu ajakan yang di lakukan oleh seorang da'i untuk kejalan yang benar, jalan yang di Ridloi oleh Alloh SWT. Dakwah pada mulanya dilakukan oleh Rosululloh SAW setelah beliau diangkat menjadi Nabi dan Rosul, yang dimulai dari da'wah sembunyi-sembunyi pada sekitar sanak kerabat dan tetangganya, hingga setelah mulai banyak orang masuk islam dan menjadi pengikut yang loyal kepada Nabi Muhammad SAW beliau mendapat wahyu untuk berda'wah secara terang-terangan dimuka umum khalayak ramai hingga beliau wafat. Kemudian sepeninggal beliau da'wah tidak berhenti, tetapi diteruskan oleh shahabat-shahabatnya sebagai pemegang tongkat Estafet sesudahnya dalam menyebarkan agama islam dan mengajak umat kembali kejalan yang benar di muka bumi ini, yang kemudian setelah para shahabat meninggal da'wah diteruskan oleh Tabi'in kemudian para Tabi'in-Tabi'in yang pada akhirnya diteruskan oleh 'ulama hingga pada masa kini, masa akan datang dan sampai mada masa datangnya hari akhir yaitu hari penghabisan manusia dimuka bumi " Yaumul Qiamat" .
Para 'Ulama' mendapat kedudukan tinggi disamping Rosululloh SAW. Sebagai pewaris setelah sepeninggal Rosululloh Muhammad SAW. Sebagaimana dikatakan dalam Hadits " Al Ulama'u Waroosatul Ambiya' ( Ulama' adalah penerus para Nabi ), maka dari sinilah peran penting 'Ulama' dalam meneruskan da'wah Rosululloh SAW, adalah tugas yang mulia berkedudukan tinggi disisi Alloh dan Rosulnya. Pada dasarnya penerus dan pengemban da'wah bukan hanya kewajiban bagi para 'ulama saja, tetapi juga kewajiban bagi tiap individu muslim untuk menyampaikan apa yang ia ketahui tentang ajaran agama islam yang benar, islam yang paripurna. Sebagaimana disebutkan dalam hadits " Ballighu Anni Walau Aayah "( sampaikanlah dariku walaupun satu ayat ). Person Muslim atau muslimah bisa berda'wah walau tidak di depan publik umum, sebagaimana yang di lakukan para da'i ahli ceramah, karena da'wah bisa dilakukan dengan Aqwal ( ucapan ) dan juga Ahwal ( Tingkah laku) yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari berupa suri tauladan yang baik, berakhlak yang baik, Akhlak Qur'aniah dan Nabawiyyah sebagaimana akhlak Rosululloh SAW.
Pada Akhir-akhir ini banyak sekali bermunculan da'i-da'i dengan menggunakan berbagai macam metode da'wah, ada yang ceramah dengan menggunakan wayang kulit, ada yang ceramah dengan di iringi musik, dan ada juga da'wah dengan memainkan film maupun drama, dan masih banyak metode-metode lain yang mereka gunakan, yang sebetulnya tujuan mereka sama yaitu Intisaarul Islam ( menyebarkan agama islam ), serta berbuat amal ma'ruf dan nahi mungkar. Alloh SWT befirman :" Wata aawanu 'alal birri Wattaqwa Wa laa Taawanu ala Istmi Wal Udwan "[2] ( Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran ). Maka dari itu hendaklah tiap muslim selalu menanamkan jiwa da'wah dalam dirinya dalam eksistensinya di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bermasyarakat agar tetap hidup jiwa da'wahnya. Untuk lebih jelasnya penulis akan mencoba untuk mengulas metode efektif dan efesien sebagaimana yang telah dilakukan para 'ulama' Salafussalih.

I. Da'wah Bil Aqwal ( dengan perkataan/ ceramah )

a. Menanamkan niat untuk berda'wah

Pertama kali yang harus dilakukan seorang da'i dalam berda'wah adalah menanamkan niat berda'wah mengajak kepada Alloh dalam hatinya, karena amal perbuatan tiap seseorang tergantung pada niat seseorang tersebut, sebagaimana disabdakan nabi SAW : Innamal 'A'maalu Bin niyaat " ( Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada niatnya ). Niat bagi seorang da'i adalah menjadi Al Baaits ( pembangkit ) sekaligus pengobar baginya untuk selalu tetap semangat dan optimis dalam berda'wah mengajak kejalan Alloh Azza Wajalla, tentunya niat tersebut diiringi kejujuran, benar serta ikhlas karena Alloh SWT yang di tancapkan dalam mata hatinya. Sebagaimana dikatakan Habib Ali al Jufri : " Dengan niat berda'wah yang di tanamkan dalam mata hati, maka niat tersebut menjadi senjata bagi seorang dai untuk mengusir syetan yang setiap saat dan waktu selalu mencari kelengahan sang da'i dengan tipu daya serta bisikan-bisikannya agar ia pesimis dalam da'wahnya[3].oleh karenanya niat harus selalu ditanamkan dalam-dalam oleh seorang da'i agar ia tidak mudah terbujuk oleh rayuan syetan yang terkutuk.

b. Dengan tutur kata yang baik

Seorang da'i dalam mengajak ke jalan Alloh hendaklah dengan perkataan dan tutur kata yang baik, tidak dengan menggunakan kekerasan, tekanan maupun ancaman, karena islam tidak lahir dari kekerasan tetapi islam lahir bersifat Rahmatan Lil Alamiin, islam lahir dengan kasih sayang terhadap semua mahluk di alam ini, segaimana sifat Rosululloh SAW yang disebutkan dalam Al Qur'an " Wamaa Ar salnaka Illa Rohmatan Lil 'Alamiin ( Dan aku tidak mengutus kamu Muhammad kecuali sebagai Rahmat bagi semua mahluk alam ). Maka hendaklah seorang da'i dalam berda'wah selalu menanamkan sifat Rahmah kepada semua mahluk khususnya orang yang ia da'wahi, dalam artian melihat semua obyek da'wah dengan pandangan penuh kasih sayang dengan menghilangkan rasa benci, serta berharap dan khusnudzon mereka mau memeluk islam dan kembali kejalan Alloh SWT. Sebagaimana da'wah yang di lakukan oleh Rosululloh SAW, beliau berhasil dalam da'wahnya bukan karena kekuatannya maupun dengan pedangnya, tetapi dengan akhlak dan tutur katanya yang baik dan bijak. Sebagaimana Alloh berfirman : " Ud'u ila Sabiili Robbika Bilhikmati Walmau'idzotil Hasanati Wajaadil Hum Hiya Ahsan[4] ( ( Serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik ). Oleh karena itu tidak dibenarkan bagi seorang muslim atau da'i dalam da'wahnya mengajak orang kafir untuk memeluk islam dengan menggunakan kekerasan, tekanan maupun ancaman karena telah disebutkan dalam Al Qur'an : " La Ikrooha Fiddin Qod Tabayyanarrusdu Minal Goyyi " [5]( Tidak ada paksaan untuk ( memasuki ) agama islam ; sesungguhnya telah jelas jalan yng benar daripada jalan yang sesat ). Dari sini sungguh jelaslah bahwa islam adalah agama yang damai dan mengajak pada kedamaian dan ketentraman bagi orang-orang yang mau masuk di dalamnya dan mau menjalankan syari'at-syari'atnya.

c. Dengan raut wajah berseri dan murah senyum

Dalam menyampaikan da'wah hendaklah bagi seorang da'i dengan raut wajah berseri dan murah senyum. Sebagaimana Rosulullah SAW dalam berda'wah, beliau selau berseri-seri wajahnya serta murah senyum, sehingga ketika seseorang melihat atau berhadapan dengan beliau ia langsung simpatik dan terpikat padanya, sampai-sampai ia rindu akan Rosululloh ketika beliau tidak ada, dikarenakan selalu terbayang akan keelokan wajah Rosullulloh SAW yang berseri serta mudah tersenyum. Begitu juga seorang da'i seyogjanya bermurah senyum dengan wajah berseri ketika bertemu orang, baik itu orang banyak ketika ia naik di podium ataupun ketika bertemu dengan seseorang. Wajah berseri serta murah senyum merupakan bagian dari senjata untuk memikat massa obyek da'wah. Disamping itu juga boleh bagi da'i ketika berceramah di depan massa publik menangis tetapi tangisan tersebut murni keluar dari rasa dirinya akibat penghayatan apa yang ia sampaikan. Sebagaimana dikatakan habib jufri ketika ada orang bertanya : Haruskah dalam berda'wah ( ceramah ) dengan menangis, maka beliau menjawab : Gholat (salah) besar orang yang berceramah dengan menangis-nangis, kecuali kalau menangis tersebut murni keluar dari diri yang ia rasakan akibat dari penghayatan, bukan diada-adakan dihadapan orang banyak karena Alloh selalu melihat hati seseorang[6]. Olek karnanya hendaknya seorang da'i selalu waspada dan hati-hati dari tiap sesuatu yang membelokkan niat, agar tetap lurus pada jalur yang di Ridloi Alloh SWT dalam setiap da'wahnya.

d. Gerakan tangan, intonasi serta mimik

Dalam menyampaikan ceramah atau pidato hendaklah seorang da'i menggerakkan tangannya seperti menumjuk atau menggeggam, mengangkat atau menurunkan tangan yang fungsi dari itu adalah memberi isyaroh dan greget pada audien massa da'wah, di samping juga dengan intonasi tekanan suara, baik tinggi maupun rendah sesuai dengan apa yang di sampaikannya, seperti ketika bercerita tentang perang berkecamuk maka dengan intonasi tinggi begitu juga sebaliknya ketika bercerita sedih maka dengan intonasi tekanan rendah yang menunjukkan rasa sedih begitu juga mimik yang ia lakukan sesuai dengan alur materi ketika ia sampaikan. Dimana ketika seorang da'i melakukan itu semua, maka ia akan dapat menghipnotis Obyek massa da'wah menjadi pendengar dan pemerhati yang setia sekaligus dapat menancapkan materi dakwah kedalam hati mereka.

e. Menjaga kerapian

Dalam berda'wah ( ceramah ) hendaklah seorang da'i selalu menjaga kerapian pakainnya. Pakaian hendaklah bersih serta rapi, dan pakian tidak harus baru yang terpenting adalah bagaimana pakian tersebut bisa menjadi bersih dan rapi. Karena dengan pakaian bersih serta rapi seorang da'i lebih terlihat berwibawah daripada berpakian lusuh dan compang-camping. Di samping juga bersih dan rapi merupakan pengamalan dari pada hadits nabi Muhammad SAW : " An nadzofatu minal iiman "( bahwa kebersihan adalah sebagian dari pada iman ). Begitu juga tiap individu muslim hendaklah ia selau bersih dan rapi, karena bersih dan rapi adalah bagian dari ibadah karena Alloh itu indah dan senang pada sesuatau yang indah, lebih-lebih bagi seorang da'i ketika berda'wah.

f. Do'a

Dalam setiap da'wah ( ceramah ) seorang da'i hendaklah selalu menyelipkan do'a di dalamnya, karena doa merupakan management ghoib sebagai pendorong untuk terkabulnya harapan dalam berda'wah. Sebagaimana di katakan Habib Kadzim Da'wah adalah sebab, begitu juga do'a adalah sebab . maka da'wah ( sebab ) di kuatkan dengan do'a (sebab), lebih kuat daripada hanya dengan da'wah saja.[7]

II. Da'wah Bil Hal ( dengan Prilaku/Perbuatan )

a. Jadikan berdagang, bekerja, bertetangga, bepergian serta lainnya sebagai niat berda'wah.

Dalam diri seorang da'i dalam berdagang, bekerja, bepergian serta lainnya hendaknya menanamkan di dalamnya niat berda'wah, Seabagaimana dikatakan oleh syekh umar yang dinukil dari risalah Habib Umar bin Hafizd bin abu Bakkar bin Salim yang berbunyi " Lisaanul hal afsohu min lisaanil maqool " [8](bahwa sesuatu yang dilakukan itu lebih mengena dari pada apa yang di ucapkan ). Dengan begitu seeorang da'i dapat berda'wah dimana saja dan kapan saja dengan tanpa menyia-nyaiakan waktu dan kesempatan dengan diniat da'wah di dalamnya.

b. Dengan prilaku akhlak terpuji

Sebagai seorang da'i adalah keharusan baginya untuk berperilaku dengan akhlak terpuji Akhlakun Nubuwwah, karena akhlak yang bagus dan terpuji adalah merupakan suri tauladan bagi obyek massa da'wahnya. Sebagaiman disabdakan nabi Muhammad Rosululloh SAW " Innama buitstu Li utammima Makaarimal Akhlaq ( sesungguhnya aku di utus adalah untuk menyempunakan akhlak ). Sehingga tidak heran ketika banyak orang kafir amerika maupun inggris ketika di tanya di ma'had Daarul Mustofa, Tarim Hadromaut; kenapa dan apa sebab kamu memeluk islam, jawabnya : Aku masuk islam ketika aku mendengar dan melihat Habib jufri berpidato menerangkan tentang islam yang belum pernah aku dengarkan sebelumnya dari dekat tentang islam, aku hanya mendengar nama islam, islam penuh kekerasan. Tetapi setelah aku melihat dan mendengar langsung dari Habib jufri dengan tutur kata halus dan akhlak yang bagus aku takjub dan heran, ooh ternyata yang aku dengar tentang islam selama ini salah, islam sebenarnya adalah agama yang penuh cinta kasih, saling hormat menghormati dan saling menyayangi, yang tidak kutemukan pada agama lain. Akhirnya aku mengucapkan syahadat di depan Habib jufri Ashadu Anlaa Ilaa Ha Illa Alloh Wa ashadu Anna Muhammbad Darro Sululloh. Kemudian Ia berkata tidak kurang dari seratus ribu orang amerika berbondong-bondong masuk islam dan sekarang bertambah banyak pemeluk islam. Sebagaiman juga dikatakan Habib kadzim : kadang orang masuk islam disebabkan karena bertetangga dan bermuammamalah dengan orang muslim dalam kehidupannya sehari-hari, ketika di tanya kenapa kamu memeluk islam, ia menjawab aku memeluk islam karena dua puluh tahun aku bertetangga dengan seorang muslim, aku melihat dan memperhatikannya, Ia taat beribadah, akhlaknya baik, tidak pernah menyakiti orang lain, dalam berjualan ia jujur tidak pernah berbohong. Akhirnya hatiku luluh dan aku mendapat hidayah untuk mengikuti agamanya dan masuk islam.
Begitu juga islam pertama kali masuk islam ke Indonesia, sejarah mencatat bahwa islam masuk Indonesia di bawa oleh pedagang-pedagang dari Gujarat Hindia dalam satu versi menurut Habib Salim Assatiri islam masuk indonesia pada abad ke-v dibawa oleh ulama'-'ulama bani alawiyah dari Hindia hijroh ke Indonesia di karnakan ada masalah politik yang kurang baik di Hindia pada waktu itu. Yang mana da'wah mereka dengan menggunakan akhlak budi pekerti yanga baik, jujur dalam berdagangnya, di samping juga berlanjut pada pernikahan sebagai media dari kelanjutan da'wah yang pada akhirnya islam membumi di nusantara indonesia dan hampir 90 % penduduknya Islam. Maka hendaklah kita tidak meninggalkan jejak mereka tetapi meneruskan misi da'wah pendahulu-pendahulu kita dengan akhlak yang baik yang bersumber pada Al Qu'ran dan As sunnah agar mendapat Ridlo Alloh SWT dalam setiap langkah gerak kita.

d. Do'a

Do'a merupakan senjata yang ampuh bagi seorang da'i yang selalu harus ia lakukan pada tiap da'wah, habis sholat atau kapan pun Ia mau terkhusus di waktu mustajab seperti sepertiga malam, berdo'a dengan menghadirkan hati dan merasa rendah dan hina kepada Alloh SWT, agar do'anya di istijabahi (diterima), mendoakan semoga orang-orang yang ia da'wahi, orang-orang yang tenggelam dalam kegelapan dan kekufuran di buka pintu hatinya untuk dapat menerima petunjuk hidayah Alloh kejalan islam paripurna, islam yang di Ridloi oleh Alloh Azza Wajalla.

B. Penutup

Seyogjanya sebagai seorang da'i tidak henti-hentinya untuk membaca, baik itu membaca kitab seperti sirah Nabawiyyah, sirah sahabat, dan ulamaussalih atau membaca lingkungan dimana seorang da'i bertempat dan tinggal dan berda'wah, juga tidak ketinggalan membaca kabar berita akan perkembangan alam, hendaklah juga mengerti akan psikologi massa obyek da'wah dan menyampaikan da'wah atau ceramah sesuai dengan akal dan kadar kemampuan penagkapan pemahaman mereka. Tidak mempersulit mereka dengan bahasa, tetapi bagaimana mereka obyek massa dapat menerima da'wah dengan tanpa terjebak pada alat atau bahasa.
Hendaknya seorang da'i tawakkal dan menyerahkan sepenuhnya kepada Alloh atas da'wahnya dengan tidak menisbatkan pada perbuatan da'wahnya karena da'wah adalah sebab, sedangkan yang memberi petunjuk adalah Alloh SWT Wahdah, bukan dari seorang da'i, seorang da'i tak lebih hanyalah sebagai sebab saja. Buah dari da'wah adalah samar tidak terlihat, semua itu isyaroh dan petunjuh hidayah yang di berikan Alloh pada mahluk yang di kehendakinya.
Akhirnya dari semua yang penulis kemukakan di atas, penulis berharap semoga metode ini dapat membantu para da'i khususnya penulis sendiri, serta kita semua di mudahkan dalam mengemban Amanah Alloh melalui Rosulnya Muhammad SAW untuk meneruskan da'wahnya sampai pada akhir nafas penghabisan, dan semoga Alloh mengumpulkan kita kedalam kelompok orang-orang yang menjadi kekasih Alloh SWT, baik di dunia maupun di akherat kelak. Amiin. Wallohu 'A'lam Bissowab.




[1] ). Penulis adalah mahasiswa Al Ahgaff University jurusan Syari'ah Wal Qonun, Tarim, Hadromaut Yaman.
[2] ). Al Qur'an dan terjemah, Mubarrok Thoyyibah, menara kudus, Al Maidah, Ayat :02
[3] ). Habib Ali Jufri, Dalam Jalsah ( pengajian ) Dauroh, bln juli 2008, Daarul Mustofa Tarim, Hadromaut
[4] ). Al Qur'an dan terjemah, Mubarrok Thoyyibah, menara kudus, An Nahl, Ayat :125
[5] ). Al Qur'an dan terjemah, Mubarrok Thoyyibah, menara kudus, Al Baqoroh, Ayat :256
[6] ). Habib Ali Jufri, Dalam Jalsah ( pengajian ) Dauroh, bln juli 2008, Daarul Mustofa Tarim, Hadromaut

[7] ). Habib Kadzim, Dalam Jalsah ( pengajian ) Dauroh, bln juli 2008, Daarul Mustofa Tarim, Hadromaut

[8] ). Syekh umar khotib, Dalam Jalsah ( pengajian ) Dauroh, bln juli 2008, Daarul Mustofa Tarim, Hadromaut

ليست هناك تعليقات: