السبت، 23 أغسطس 2008

MATI DALAM HIDUP



( Oleh :Virdho El Yahya )


Ketika aku merenung... menerobos lorong-lorong hati
Aku tenggelam kedalam alam penuh cahaya
Kilau sinar menebar dalam sirrul qolbi
Aku tidak bisa melihat kecuali pantulan sinar menutup mata hati

Aku tidak bisa melihat sesuatu di dekatku
Semua sirna dari pandanganku
Yang kurasa hanya sentuhan halus yang membimbing dan menuntunku
Rasa dalam diriku hilang berganti dengan rasa rindu

Kecintaan dan kerinduan pada kekasih menyelimuti diriku
Keinginan bertemu dengannya membuatku gila
Badan menggigil sakit karena cinta dan rindu menggelora
Gila...gila...aku telah gila karnanya

Aku mati dalam kehidupanku
Aku berjalan mengikuti nur sirri yang bersemanyam dalam mata bathinku
Dunia telah fana' dariku
Aku menyatu menari-nari dengan kekasihku

mencari setetes magfirah ilahi


MENCARI SETETES MAGFIROH
(Oleh : Virdho El Yahya)

Dunia lama kutinggalkan
Dunia penuh kebohongan dan kemunafikan
Aku pergi jauh mencari dunia baru
Dunia penuh dengan kejujuran dan keikhlasan
Dunia tempat bersemayam hati yang tenang dan tentram

Aku datangi kerumunan manusia berdzikir dan beristigfar
Hatiku bergetar airmata menetes tak tertahankan
Teringat akan masa lalu yang penuh noda dan dosa
Alloh...Alloh...Alloh..Astagfirulloh..
Kupaksa lisanku tuk berdzikir dan beristigfar

Ku ukir lafadz Alloh dalam hatiku
Kugosok noda dosa dalam diriku dengan istigfar
Tiada keinginan dan harapan dalam hidupku
kecuali setetes ampunan keridloan Al ghoffar

Ya Alloh.. aku tahu engkau maha pengampun lagi maha penyanyang
Engkau maha tau tiap guratan hati hambamu
sekarang aku menghadap padamu memohon dan meminta ampunanmu
Tiada yang bisa mengampuniku kecuali engkau harapanku ya Rob
Tiada arti hidup ini tanpa magfirohmu ya ilaahi
Igfir dzunubi ya rob..Igfir Dzunubi ya..Ilahi




METODE DA'WAH KEJALAN ALLOH SWT


METODE DA'WAH KEJALAN ALLOH SWT
( oleh : Dhofir El Yahya )[1]

Pendahuluan

Sebagaimana kita ketahui da'wah adalah merupakan suatu ajakan yang di lakukan oleh seorang da'i untuk kejalan yang benar, jalan yang di Ridloi oleh Alloh SWT. Dakwah pada mulanya dilakukan oleh Rosululloh SAW setelah beliau diangkat menjadi Nabi dan Rosul, yang dimulai dari da'wah sembunyi-sembunyi pada sekitar sanak kerabat dan tetangganya, hingga setelah mulai banyak orang masuk islam dan menjadi pengikut yang loyal kepada Nabi Muhammad SAW beliau mendapat wahyu untuk berda'wah secara terang-terangan dimuka umum khalayak ramai hingga beliau wafat. Kemudian sepeninggal beliau da'wah tidak berhenti, tetapi diteruskan oleh shahabat-shahabatnya sebagai pemegang tongkat Estafet sesudahnya dalam menyebarkan agama islam dan mengajak umat kembali kejalan yang benar di muka bumi ini, yang kemudian setelah para shahabat meninggal da'wah diteruskan oleh Tabi'in kemudian para Tabi'in-Tabi'in yang pada akhirnya diteruskan oleh 'ulama hingga pada masa kini, masa akan datang dan sampai mada masa datangnya hari akhir yaitu hari penghabisan manusia dimuka bumi " Yaumul Qiamat" .
Para 'Ulama' mendapat kedudukan tinggi disamping Rosululloh SAW. Sebagai pewaris setelah sepeninggal Rosululloh Muhammad SAW. Sebagaimana dikatakan dalam Hadits " Al Ulama'u Waroosatul Ambiya' ( Ulama' adalah penerus para Nabi ), maka dari sinilah peran penting 'Ulama' dalam meneruskan da'wah Rosululloh SAW, adalah tugas yang mulia berkedudukan tinggi disisi Alloh dan Rosulnya. Pada dasarnya penerus dan pengemban da'wah bukan hanya kewajiban bagi para 'ulama saja, tetapi juga kewajiban bagi tiap individu muslim untuk menyampaikan apa yang ia ketahui tentang ajaran agama islam yang benar, islam yang paripurna. Sebagaimana disebutkan dalam hadits " Ballighu Anni Walau Aayah "( sampaikanlah dariku walaupun satu ayat ). Person Muslim atau muslimah bisa berda'wah walau tidak di depan publik umum, sebagaimana yang di lakukan para da'i ahli ceramah, karena da'wah bisa dilakukan dengan Aqwal ( ucapan ) dan juga Ahwal ( Tingkah laku) yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari berupa suri tauladan yang baik, berakhlak yang baik, Akhlak Qur'aniah dan Nabawiyyah sebagaimana akhlak Rosululloh SAW.
Pada Akhir-akhir ini banyak sekali bermunculan da'i-da'i dengan menggunakan berbagai macam metode da'wah, ada yang ceramah dengan menggunakan wayang kulit, ada yang ceramah dengan di iringi musik, dan ada juga da'wah dengan memainkan film maupun drama, dan masih banyak metode-metode lain yang mereka gunakan, yang sebetulnya tujuan mereka sama yaitu Intisaarul Islam ( menyebarkan agama islam ), serta berbuat amal ma'ruf dan nahi mungkar. Alloh SWT befirman :" Wata aawanu 'alal birri Wattaqwa Wa laa Taawanu ala Istmi Wal Udwan "[2] ( Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran ). Maka dari itu hendaklah tiap muslim selalu menanamkan jiwa da'wah dalam dirinya dalam eksistensinya di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bermasyarakat agar tetap hidup jiwa da'wahnya. Untuk lebih jelasnya penulis akan mencoba untuk mengulas metode efektif dan efesien sebagaimana yang telah dilakukan para 'ulama' Salafussalih.

I. Da'wah Bil Aqwal ( dengan perkataan/ ceramah )

a. Menanamkan niat untuk berda'wah

Pertama kali yang harus dilakukan seorang da'i dalam berda'wah adalah menanamkan niat berda'wah mengajak kepada Alloh dalam hatinya, karena amal perbuatan tiap seseorang tergantung pada niat seseorang tersebut, sebagaimana disabdakan nabi SAW : Innamal 'A'maalu Bin niyaat " ( Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada niatnya ). Niat bagi seorang da'i adalah menjadi Al Baaits ( pembangkit ) sekaligus pengobar baginya untuk selalu tetap semangat dan optimis dalam berda'wah mengajak kejalan Alloh Azza Wajalla, tentunya niat tersebut diiringi kejujuran, benar serta ikhlas karena Alloh SWT yang di tancapkan dalam mata hatinya. Sebagaimana dikatakan Habib Ali al Jufri : " Dengan niat berda'wah yang di tanamkan dalam mata hati, maka niat tersebut menjadi senjata bagi seorang dai untuk mengusir syetan yang setiap saat dan waktu selalu mencari kelengahan sang da'i dengan tipu daya serta bisikan-bisikannya agar ia pesimis dalam da'wahnya[3].oleh karenanya niat harus selalu ditanamkan dalam-dalam oleh seorang da'i agar ia tidak mudah terbujuk oleh rayuan syetan yang terkutuk.

b. Dengan tutur kata yang baik

Seorang da'i dalam mengajak ke jalan Alloh hendaklah dengan perkataan dan tutur kata yang baik, tidak dengan menggunakan kekerasan, tekanan maupun ancaman, karena islam tidak lahir dari kekerasan tetapi islam lahir bersifat Rahmatan Lil Alamiin, islam lahir dengan kasih sayang terhadap semua mahluk di alam ini, segaimana sifat Rosululloh SAW yang disebutkan dalam Al Qur'an " Wamaa Ar salnaka Illa Rohmatan Lil 'Alamiin ( Dan aku tidak mengutus kamu Muhammad kecuali sebagai Rahmat bagi semua mahluk alam ). Maka hendaklah seorang da'i dalam berda'wah selalu menanamkan sifat Rahmah kepada semua mahluk khususnya orang yang ia da'wahi, dalam artian melihat semua obyek da'wah dengan pandangan penuh kasih sayang dengan menghilangkan rasa benci, serta berharap dan khusnudzon mereka mau memeluk islam dan kembali kejalan Alloh SWT. Sebagaimana da'wah yang di lakukan oleh Rosululloh SAW, beliau berhasil dalam da'wahnya bukan karena kekuatannya maupun dengan pedangnya, tetapi dengan akhlak dan tutur katanya yang baik dan bijak. Sebagaimana Alloh berfirman : " Ud'u ila Sabiili Robbika Bilhikmati Walmau'idzotil Hasanati Wajaadil Hum Hiya Ahsan[4] ( ( Serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik ). Oleh karena itu tidak dibenarkan bagi seorang muslim atau da'i dalam da'wahnya mengajak orang kafir untuk memeluk islam dengan menggunakan kekerasan, tekanan maupun ancaman karena telah disebutkan dalam Al Qur'an : " La Ikrooha Fiddin Qod Tabayyanarrusdu Minal Goyyi " [5]( Tidak ada paksaan untuk ( memasuki ) agama islam ; sesungguhnya telah jelas jalan yng benar daripada jalan yang sesat ). Dari sini sungguh jelaslah bahwa islam adalah agama yang damai dan mengajak pada kedamaian dan ketentraman bagi orang-orang yang mau masuk di dalamnya dan mau menjalankan syari'at-syari'atnya.

c. Dengan raut wajah berseri dan murah senyum

Dalam menyampaikan da'wah hendaklah bagi seorang da'i dengan raut wajah berseri dan murah senyum. Sebagaimana Rosulullah SAW dalam berda'wah, beliau selau berseri-seri wajahnya serta murah senyum, sehingga ketika seseorang melihat atau berhadapan dengan beliau ia langsung simpatik dan terpikat padanya, sampai-sampai ia rindu akan Rosululloh ketika beliau tidak ada, dikarenakan selalu terbayang akan keelokan wajah Rosullulloh SAW yang berseri serta mudah tersenyum. Begitu juga seorang da'i seyogjanya bermurah senyum dengan wajah berseri ketika bertemu orang, baik itu orang banyak ketika ia naik di podium ataupun ketika bertemu dengan seseorang. Wajah berseri serta murah senyum merupakan bagian dari senjata untuk memikat massa obyek da'wah. Disamping itu juga boleh bagi da'i ketika berceramah di depan massa publik menangis tetapi tangisan tersebut murni keluar dari rasa dirinya akibat penghayatan apa yang ia sampaikan. Sebagaimana dikatakan habib jufri ketika ada orang bertanya : Haruskah dalam berda'wah ( ceramah ) dengan menangis, maka beliau menjawab : Gholat (salah) besar orang yang berceramah dengan menangis-nangis, kecuali kalau menangis tersebut murni keluar dari diri yang ia rasakan akibat dari penghayatan, bukan diada-adakan dihadapan orang banyak karena Alloh selalu melihat hati seseorang[6]. Olek karnanya hendaknya seorang da'i selalu waspada dan hati-hati dari tiap sesuatu yang membelokkan niat, agar tetap lurus pada jalur yang di Ridloi Alloh SWT dalam setiap da'wahnya.

d. Gerakan tangan, intonasi serta mimik

Dalam menyampaikan ceramah atau pidato hendaklah seorang da'i menggerakkan tangannya seperti menumjuk atau menggeggam, mengangkat atau menurunkan tangan yang fungsi dari itu adalah memberi isyaroh dan greget pada audien massa da'wah, di samping juga dengan intonasi tekanan suara, baik tinggi maupun rendah sesuai dengan apa yang di sampaikannya, seperti ketika bercerita tentang perang berkecamuk maka dengan intonasi tinggi begitu juga sebaliknya ketika bercerita sedih maka dengan intonasi tekanan rendah yang menunjukkan rasa sedih begitu juga mimik yang ia lakukan sesuai dengan alur materi ketika ia sampaikan. Dimana ketika seorang da'i melakukan itu semua, maka ia akan dapat menghipnotis Obyek massa da'wah menjadi pendengar dan pemerhati yang setia sekaligus dapat menancapkan materi dakwah kedalam hati mereka.

e. Menjaga kerapian

Dalam berda'wah ( ceramah ) hendaklah seorang da'i selalu menjaga kerapian pakainnya. Pakaian hendaklah bersih serta rapi, dan pakian tidak harus baru yang terpenting adalah bagaimana pakian tersebut bisa menjadi bersih dan rapi. Karena dengan pakaian bersih serta rapi seorang da'i lebih terlihat berwibawah daripada berpakian lusuh dan compang-camping. Di samping juga bersih dan rapi merupakan pengamalan dari pada hadits nabi Muhammad SAW : " An nadzofatu minal iiman "( bahwa kebersihan adalah sebagian dari pada iman ). Begitu juga tiap individu muslim hendaklah ia selau bersih dan rapi, karena bersih dan rapi adalah bagian dari ibadah karena Alloh itu indah dan senang pada sesuatau yang indah, lebih-lebih bagi seorang da'i ketika berda'wah.

f. Do'a

Dalam setiap da'wah ( ceramah ) seorang da'i hendaklah selalu menyelipkan do'a di dalamnya, karena doa merupakan management ghoib sebagai pendorong untuk terkabulnya harapan dalam berda'wah. Sebagaimana di katakan Habib Kadzim Da'wah adalah sebab, begitu juga do'a adalah sebab . maka da'wah ( sebab ) di kuatkan dengan do'a (sebab), lebih kuat daripada hanya dengan da'wah saja.[7]

II. Da'wah Bil Hal ( dengan Prilaku/Perbuatan )

a. Jadikan berdagang, bekerja, bertetangga, bepergian serta lainnya sebagai niat berda'wah.

Dalam diri seorang da'i dalam berdagang, bekerja, bepergian serta lainnya hendaknya menanamkan di dalamnya niat berda'wah, Seabagaimana dikatakan oleh syekh umar yang dinukil dari risalah Habib Umar bin Hafizd bin abu Bakkar bin Salim yang berbunyi " Lisaanul hal afsohu min lisaanil maqool " [8](bahwa sesuatu yang dilakukan itu lebih mengena dari pada apa yang di ucapkan ). Dengan begitu seeorang da'i dapat berda'wah dimana saja dan kapan saja dengan tanpa menyia-nyaiakan waktu dan kesempatan dengan diniat da'wah di dalamnya.

b. Dengan prilaku akhlak terpuji

Sebagai seorang da'i adalah keharusan baginya untuk berperilaku dengan akhlak terpuji Akhlakun Nubuwwah, karena akhlak yang bagus dan terpuji adalah merupakan suri tauladan bagi obyek massa da'wahnya. Sebagaiman disabdakan nabi Muhammad Rosululloh SAW " Innama buitstu Li utammima Makaarimal Akhlaq ( sesungguhnya aku di utus adalah untuk menyempunakan akhlak ). Sehingga tidak heran ketika banyak orang kafir amerika maupun inggris ketika di tanya di ma'had Daarul Mustofa, Tarim Hadromaut; kenapa dan apa sebab kamu memeluk islam, jawabnya : Aku masuk islam ketika aku mendengar dan melihat Habib jufri berpidato menerangkan tentang islam yang belum pernah aku dengarkan sebelumnya dari dekat tentang islam, aku hanya mendengar nama islam, islam penuh kekerasan. Tetapi setelah aku melihat dan mendengar langsung dari Habib jufri dengan tutur kata halus dan akhlak yang bagus aku takjub dan heran, ooh ternyata yang aku dengar tentang islam selama ini salah, islam sebenarnya adalah agama yang penuh cinta kasih, saling hormat menghormati dan saling menyayangi, yang tidak kutemukan pada agama lain. Akhirnya aku mengucapkan syahadat di depan Habib jufri Ashadu Anlaa Ilaa Ha Illa Alloh Wa ashadu Anna Muhammbad Darro Sululloh. Kemudian Ia berkata tidak kurang dari seratus ribu orang amerika berbondong-bondong masuk islam dan sekarang bertambah banyak pemeluk islam. Sebagaiman juga dikatakan Habib kadzim : kadang orang masuk islam disebabkan karena bertetangga dan bermuammamalah dengan orang muslim dalam kehidupannya sehari-hari, ketika di tanya kenapa kamu memeluk islam, ia menjawab aku memeluk islam karena dua puluh tahun aku bertetangga dengan seorang muslim, aku melihat dan memperhatikannya, Ia taat beribadah, akhlaknya baik, tidak pernah menyakiti orang lain, dalam berjualan ia jujur tidak pernah berbohong. Akhirnya hatiku luluh dan aku mendapat hidayah untuk mengikuti agamanya dan masuk islam.
Begitu juga islam pertama kali masuk islam ke Indonesia, sejarah mencatat bahwa islam masuk Indonesia di bawa oleh pedagang-pedagang dari Gujarat Hindia dalam satu versi menurut Habib Salim Assatiri islam masuk indonesia pada abad ke-v dibawa oleh ulama'-'ulama bani alawiyah dari Hindia hijroh ke Indonesia di karnakan ada masalah politik yang kurang baik di Hindia pada waktu itu. Yang mana da'wah mereka dengan menggunakan akhlak budi pekerti yanga baik, jujur dalam berdagangnya, di samping juga berlanjut pada pernikahan sebagai media dari kelanjutan da'wah yang pada akhirnya islam membumi di nusantara indonesia dan hampir 90 % penduduknya Islam. Maka hendaklah kita tidak meninggalkan jejak mereka tetapi meneruskan misi da'wah pendahulu-pendahulu kita dengan akhlak yang baik yang bersumber pada Al Qu'ran dan As sunnah agar mendapat Ridlo Alloh SWT dalam setiap langkah gerak kita.

d. Do'a

Do'a merupakan senjata yang ampuh bagi seorang da'i yang selalu harus ia lakukan pada tiap da'wah, habis sholat atau kapan pun Ia mau terkhusus di waktu mustajab seperti sepertiga malam, berdo'a dengan menghadirkan hati dan merasa rendah dan hina kepada Alloh SWT, agar do'anya di istijabahi (diterima), mendoakan semoga orang-orang yang ia da'wahi, orang-orang yang tenggelam dalam kegelapan dan kekufuran di buka pintu hatinya untuk dapat menerima petunjuk hidayah Alloh kejalan islam paripurna, islam yang di Ridloi oleh Alloh Azza Wajalla.

B. Penutup

Seyogjanya sebagai seorang da'i tidak henti-hentinya untuk membaca, baik itu membaca kitab seperti sirah Nabawiyyah, sirah sahabat, dan ulamaussalih atau membaca lingkungan dimana seorang da'i bertempat dan tinggal dan berda'wah, juga tidak ketinggalan membaca kabar berita akan perkembangan alam, hendaklah juga mengerti akan psikologi massa obyek da'wah dan menyampaikan da'wah atau ceramah sesuai dengan akal dan kadar kemampuan penagkapan pemahaman mereka. Tidak mempersulit mereka dengan bahasa, tetapi bagaimana mereka obyek massa dapat menerima da'wah dengan tanpa terjebak pada alat atau bahasa.
Hendaknya seorang da'i tawakkal dan menyerahkan sepenuhnya kepada Alloh atas da'wahnya dengan tidak menisbatkan pada perbuatan da'wahnya karena da'wah adalah sebab, sedangkan yang memberi petunjuk adalah Alloh SWT Wahdah, bukan dari seorang da'i, seorang da'i tak lebih hanyalah sebagai sebab saja. Buah dari da'wah adalah samar tidak terlihat, semua itu isyaroh dan petunjuh hidayah yang di berikan Alloh pada mahluk yang di kehendakinya.
Akhirnya dari semua yang penulis kemukakan di atas, penulis berharap semoga metode ini dapat membantu para da'i khususnya penulis sendiri, serta kita semua di mudahkan dalam mengemban Amanah Alloh melalui Rosulnya Muhammad SAW untuk meneruskan da'wahnya sampai pada akhir nafas penghabisan, dan semoga Alloh mengumpulkan kita kedalam kelompok orang-orang yang menjadi kekasih Alloh SWT, baik di dunia maupun di akherat kelak. Amiin. Wallohu 'A'lam Bissowab.




[1] ). Penulis adalah mahasiswa Al Ahgaff University jurusan Syari'ah Wal Qonun, Tarim, Hadromaut Yaman.
[2] ). Al Qur'an dan terjemah, Mubarrok Thoyyibah, menara kudus, Al Maidah, Ayat :02
[3] ). Habib Ali Jufri, Dalam Jalsah ( pengajian ) Dauroh, bln juli 2008, Daarul Mustofa Tarim, Hadromaut
[4] ). Al Qur'an dan terjemah, Mubarrok Thoyyibah, menara kudus, An Nahl, Ayat :125
[5] ). Al Qur'an dan terjemah, Mubarrok Thoyyibah, menara kudus, Al Baqoroh, Ayat :256
[6] ). Habib Ali Jufri, Dalam Jalsah ( pengajian ) Dauroh, bln juli 2008, Daarul Mustofa Tarim, Hadromaut

[7] ). Habib Kadzim, Dalam Jalsah ( pengajian ) Dauroh, bln juli 2008, Daarul Mustofa Tarim, Hadromaut

[8] ). Syekh umar khotib, Dalam Jalsah ( pengajian ) Dauroh, bln juli 2008, Daarul Mustofa Tarim, Hadromaut

MORALITAS ANAK BANGSA SEIRING KEMAJUAN TEHNOLOGI


PROLOG
Di era dimana ilmu pengetahuan mengalami perkembangan dan kemajuan pesat adalah merupakan suatu tanda kemajuan peradaban manusia. Dari perkembangan ilmu tersebut muncul inovasi-inovasi baru yang di sebut dengan kemajuan tehnologi yaitu sebagai buah karya dari pemikir dan tangan-tangan manusia yang kreatif dan produktif. Bersamaan dengan kemajuan tehnologi dengan berbagai macam inovasinya, hembusan angin globalisasi yang muncul dari barat yang di motori oleh Amerika serikat beserta sekutunya telah masuk dan merambah pada tiap negara, tak terkecuali negara indonesia. sehingga terjadilah globalisasi budaya, globalisasi nilai, globalisasi politik dan globalisasi ekonomi.
Indonesia merupakan negara besar yang hampir 90 % penduduknya beragama islam adalah bangsa yang berakhlak, bermoral dan beradap. Sebagaimana yang di tuangkan dalam rumusan pancasila, sila ke-1 dengan bunyi : " ketuhanan yang maha esa " dan sila ke-2 dengan bunyi :" kemanusiaan yang adil dan beradap ",. Dari dua sila ini, dapat di ketahui bahwa negara republik indonesia di bentuk tidak lain ialah untuk mencetak anak bangsa yang bijak, berpijak pada agama, keadilan, bermoral dan beradap.
Sehubungan dengan itu, dewasa ini budaya barat telah masuk dengan cepat dan leluasa melalui inovasi-inovasi kemajuan tehnologi kesetiap cela gerak hidup anak bangsa indonesia, sehingga terjadilah akulturasi budaya yang tidak terhindarkan.
Bertolak dari fenomena diatas, untuk lebih jelasnya penulis akan menguraikan dan menjabarkan lebih luas sejauh mana pengaruh kemajuan tehnologi terhadap moralitas anak bangsa indonesia.

Uraian Judul
Dari judul yang diambil oleh penulis, ada tiga variabel penting yang saling keterkaitan yaitu 1). Moral adalah batin, susila, prilaku dan budi-bahasa ( budi pekerti )[1] dimana orang yang bermoral baik adalah orang yang kuat disiplin batinnya (orang yang mengutamakan moralnya ), sebaliknya orang yang bermoral jelek ialah orang yang lemah disiplin batinnya, dimana ia lebih mementingkan dan mendahulukan keinginan nafsunya dari pada moralnya. 2). Anak bangsa adalah sekumpulan komunitas hidup manusia yang hidup dan bertempat dalam suatu negara. Dalam hal ini adalah komunitas hidup anak bangsa indonesia. 3). Tehnologi adalah ilmu pengetahuan tentang pembangunan dan industri[2]. Adapun negara maju ialah negara yang pesat pembangunan dan industrisasinya. Begitu juga negara berkembang, di tandai dengan mulai bermunculannya pembanguna dan industri di negara tersebut.
Dari tiga variabel di atas, menunjukkan pada satu titik sejauh mana peran dan pengaruh tehnologi sehubungan dengan perkembangannya dalam mempengaruhi moralitas anak bangsa indonesia. Dari sini kiranya adalah sesuatu yang sangat menarik bagi kita, khususnya penulis sendiri untuk membahas dan mengkaji lebih dalam akan hal ini, yang hasilnya dapat kita jadikan sebagai kontribusi sekaligus bagian dari solusi untuk mengembalikan bangsa indonesia pada akar budayanya yang bertumpu dan perpedoman pada agama, moral dan menjunjung nilai-nilai tinggi luhur budaya dan agama.





Masa Kemajuan Tehnologi
Di abad dua puluh telah di temukan alat komunikasi jarak jauh berupa telepon. Bahkan kini ada pesawat telepon genggam ( hand phone ) dengan ukuran yang sangat kecil dan multi fungsi. Ada juga telepon dimana pengguna langsung bisa melihat dengan siapa dia kini sedang bicara. Manusia di abad ini mampu berhubungan dan melakukan komunikasi dengan menggunakan teleks, lalu faks. Dan yang paling modern adalah apa yang di sebut internet, yang semua ini kita sebut revolusi komunikasi.
Jika pada revolusi industri pertama telah memberikan sumbangan pada manusia untuk membuat manusia lebih mudah melakukan aktifitas-aktifitas kesehariannya. Dari yang bersifat jasmani yaitu menggunakan panggulan punggung dengan mobil atau menjahit dengan tangan di ganti dengan mesin. Maka revolusi kedua telah membuat manusia lebih meringankan beban otaknya setelah di temukannya benda ajaib yang kemudian di sebut komputer[3].
Selain itu revolusi ilmu pengetahuan juga telah memiliki dampak terhadap ekonomi dan perkembangannya. Hingga orang-orang di masa kini ramai-ramai membicarakan gelombang ketiga, yang tidak lain adalah lompatan spektakuler yang dilakukan oleh negara-negara modern atau yang sering kali menyebut dirinya sebagai negara maju. Revolusi ilmu pengetahuan telah mampu di ekploitasi oleh barat dengan sebaik-sebaiknya, yang tidak mampu di lakukan oleh negara-negara berkembang.
Yang perlu di garis bawahi dan di tekankan disini ialah bahwa pada penemuan-penemuan yang sangat menakjubkan ini, kita umat islam ( khususnya bangsa indonesia ) tidak memberikan sumbangan pada peradaban modern. Sebenarnya tidak ada yang meragukan bahwa di kalangan kita ada 'ulama, intelektual, ilmuwan, pemikir, saintis, namun mereka berada di kantong-kantong negara yang terbelakang dimana tidak ada orang yang mengakui kapasitas mereka dan tidak ada pula yang berminat memunculkan mereka ke permukaan. Dengan demikian, mereka hidup dalam kehidupan yang sama sekali tidak sedap atau bahkan mereka mati dan tidak ada yang tahu bahwa mereka adalah orang-orang yang sangat potensial.

Hak-Hak Manusia dan Kebebasan
Salah satu hasil besar yang di capai oleh orang-orang barat pada abad dua puluh ialah meluasnya kebebasan umum serta di deklarasikannya hak asasi manusia ( HAM ), khususnya kelompok tertindas diantara mereka, seperti hak-hak buruh saat berhadapan dengan penguasa, hak-hak kaum wanita saat berhadapan dengan kaum laki-laki, hak-hak kaum miskin saat berhadapan dengan orang-orang kaya, orang-orang jompo dan cacat atas keluarganya, masyarakat dan negara. Ketetapan tentang hak-hak manusia dan kebebasaan bukan sekedar pemikir filsafat, teori atau hitam di atas putih. Namun ketetapan itu melahirkan hukum-hukum yang mengikat, dimana telah berdiri lembaga-lembaga, baik lokal, regional, maupun internasional yang menangani masalah hak dan kebebasan manusia, membela mereka, serta memberikan bantuan dan dukungan.
Barat sangat memperhatikan apa yang di sebut dengan kebebasan, demokrasi dan hak-hak manusia. Dia akan jatuhkan kecaman dan bahkan sangsi jika di salah satu belahan dunia ini yang sengaja dan berani melanggarnya serta melecehkan kedudukannya. Rakyat disitu harus bisa minikmati apa yang namanya kemerdekaan dan kebebasan, mereka harus mendapatkan hak-haknya, memiliki hak untuk memilih siapa pemimpin mereka, mengontrol para penguasa, jika mereka melakukan pelanggaran, maka rakyat bakal menurunkan mereka dari jabatannya. Tidak boleh bagi seorang penguasa sekalipun kuat kedudukannya untuk melanggar batas-batas uandang-undang yang melanggar hak-hak orang lain, melecehkan kemerdekaan dan kekayaan mereka, memecat dari posisi kerjanya. Maka jika itu yang di lakukan, tak pelak penguasa itu akan dianggap sebagai penguasa diktator dan tangan besi, melanggar undang-undang dan wajib di turunkan dari posisinya.

Kebebasan Individu di Barat Artinya ialah Semau Saya
Kaum muslimin ( khususnya kita bangsa indonesia ) melihat dengan pandangan yang penuh hati-hati terhadap apa yang di dengungkan barat, yang mereka sebut sebagai kebebasan individu, yang di anggap oleh barat sebagai sesuatu yang sangat terbuka dan tanpa batas kecuali jika berbenturan dengan kemerdekaan orang lain. Dengan demikian, pandangan paradigma barat berarti bahwa setiap orang bebas melakukan apa saja sesuai dengan apa yang dia kehendaki dan bukan apa ynag seharusnya dia lakukan meskipun apa yang dia lakukan itu sangat bertentangan dengan nilai-nilai utama atau yang dia lakukan itu akan menyakiti dirinya[4].
Dengan demikian, maka setiap individu di hadapkan pada dua pilihan yang sama-sama berbahaya. Dimana manusia terpaksa dengan tindakan-tindakannya itu jatuh pada tingkat binatang yang bekerja sesuai dengan kemauan sendiri, sosok yang tak lagi memiliki akal yang mencegahnya dan tidak pula mengerti tindakan-tindakannya. Atau dan ini tidak kalah durjananya ialah ia akan memposisikan dirinya sebagai tuhan yang tindakan-tindakannya tidak ada lagi yang mempertanyakan. Kedua tindakan itu adalah kesalahan besar dan menyimpang dari jalan yang benar. Sebab kebebasan manusia tidak bersifat mutlak, dimana di sana ada nilai-nilai yang mengikat sebagai mana yang kini telah terpatri di benak dan otak mayoritas orang-orang barat yang menggeser kemerdekaan menjelma menjadi permessivm dan hedonism. Satu pandangan yang menjadikan manusia berjalan di belakang hawa nafsunya atau lebih parah dari itu.
Oleh sebab itulah, kini menjadi hak setiap orang dengan dalih kemerdekaannya untuk telanjang meskipun ia berada di jalan raya. Bahkan melakukan hubungan seksual di taman-taman umum sudah menjadi pemandangan yang sangat lumrah dan tidak ada lagi yang menggugat perzinaan dan homoseksual/lesbian kini menjadi hak setiap laki-laki dan perempuan yang tidak boleh di ganggu gugat. Bahkan pernikahan antara sesama jenis disahkan oleh undang-undang[5]. Selanjutnya, kini menjadi hak kaum hawa untuk menggugurkan kandungannya dengan anggapan bahwa janin itu adalah bagian dari raganya dan dia bebas melakukan apa saja terhadap raga miliknya sendiri. Orang barat tidak melihat pada alam dan kehidupan ini atau makhluk manusia yang hidup di alam semesta ini dengan pandangan yang menyatakan bahwa mereka memiliki hak hidup yang tuhan karuniakan pada mereka.
Orang-orang barat lupa bahwa kemerdekaan mutlak itu sama sekali tidak akan mungkin terwujud di dunia ini. Kita lihat bagaimana mobil-mobil yang bejalan di jalan raya. Dia berjalan dalam batasan tertentu yang di atur oleh aturan perjalanan dan rambu-rambu lalu lintas. Dan barang siapa melakukan pelanggaran, maka dia akan diberi sangsi sesuai dengan kadar pelanggaran yang dia lakukan. Pesawat-pesawat terbang tidak bebas melakukan penerbangan semau pilotnya. Dia di batasi dengan batasan-batasan yang diatur oleh penerbangan udara yang tidak boleh dilanggarnya. Bahkan lebih jauh kita katakan bahwa matahari, bulan dan bintang yang ada diangkasa berjalan dalam rotasi yang telah di tentukan. Sebagimana firman Alloh " Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya"[6].
Pemikiran barat memisahkan antara kehidupan pribadi dengan kehidupan umum. Mereka berkata, sesunggunya kehidupan individu adalah hak dan milik individu, dia bebas melakukan sekehendaknya. Dia bebas mau mium minuman keras hingga teler, berperilaku curang tidak ada yang menghalang, bebas hidup dengan menghabiskan umurnya untuk berzina, homoseks, lesbian, menjadi mucikari dan semacamnya. Dia bebas melakukan itu. Tidak seorang pun yang berhak mengganggu kebebasannya. Atau memasukkan memasukkan kehidupan pribadinya itu pada kehidupan sosial dan kehidupan publik[7]. Tentu cara pandang seperti itu adalah pandangan yang sangat keliru. Sebab kehidupan manusia itu memiliki saling interdependensi, dan satu dengan yang lain memiliki hubungan yang sangat melengkapi. Maka tidak mungkin kita bayangkan bahwa disana ada manusia yang dalam kehidupan pribadinya hancur berantakan, namun dalam kehidupan sosialnya dia baik dan cakap.

Demokrasi dan Kebebasan di Indonesia
Indonesia adalah negara demokrasi dimana hak-hak individu maupun minoritas terlindungi, di dahulukannya kepentingan umum dari pada kepentingan golongan, serta adanya kebebasan bagi rakyat untuk menentukan pemimpinnya secara langsung, umum, bebas dan rahasia (LUBER), disamping juga adanya kebebasan bagi tiap individu maupun kelompok dengan batasan-batasan tertentu yang di lindungi undang-undang negara indonesia.
Menengok pada masa lalu, ketika di adakannya perhelatan besar berupa pesta pemilu 1999, yang menghasilkan presiden R.I ke-3 dengan terpilihnya K.H. Abdurrahman Wahid, merupakan keberhasilan besar dalam sejarah demokrasi indonesia, yang mana presiden dan wakil presiden dapat terpilih secara damai dan jurdil. Sehingga tak sedikit sambutan hangat dari negara-negara lain baik barat, eropa maupun asia, mereka mengelu-elukan dan memuji indonesia atas keberhasialnya dalam pemilu yang berjalan secara demokratis. Tak ketinggalan Amerika serikat yang di sebut-sebut sebagai induk demokrasi. Mereka berharap indonesia menjadi negara percontoan demokrasi di wilayah Asia.
Sehubungan dengan itu, setelah presiden di lantik dan di jalankannya roda pemerintahan, maka terbukalah arus deras kran demokrasi dan kebebasan. Kebebasan berbicara yang pada masa orde baru tersumbat, dimasa ini terbuka lebar. Mulai dari petani, pedagang, seniman hingga para pejabat bebas menyuarakan hak dan kepentingannya, begitu juga kebebasan berserikat, kebebasan pers, semua terbuka lebar-lebar tanpa ada ketakutan lagi, karena adanya ancaman dan tekanan sebagaimana pada masa orde baru. Tetapi sangat di sayangkan ketika terbuka demokrasi dan kebebasan secara luas dan lebar mereka malah menyala artikan makna dari demokrasi dan kebebasan tersebut. Hingga karena semangatnya semua pada lepas kontrol dan kendali tanpa mengindahkan batasan-batasan kaedah demokrasi. Orang yang bukan ahlinya ikut-ikutan berkoar-koar, kebebasan pers disalah artikan dengan kebebasan melampui norma-norma susila dan norma agama, sehingga bermunculannya pornografi yang merembet pada pornoaksi sebagai akibat dari imitasi budaya barat yang tak mengenal akhlak dan moral. Sebagaimana dikatakan Dr. Muhammad Sa'ed Ramadan Al Bouti " Sebernarnya problem masyarakat dan perselisihan agama yang terjadi pada umat islam sekarang ini ialah bersumber pada satu muara yaitu tertarik pada peradaban budaya barat, tentunya masalah individu awal dan akhirnya, individu di paksa untuk berfikir dan mengerti. Dan peradaban mereka mencium dengan penciuman kesenangan materi dalam kemajuan dan kebebasan[8].
Maka dari itu, tak pelak indonesia menjadi carut-marut akibat orang-orang yang mengatasnamakan demokrasi dan kebebasan, tetapi mereka menodai arti dan makna demokrasi dan kebebasan itu sendiri. Mereka berkata bahwa gambar bugil adalah bagian daripada seni, berpakaian yang mempertontonkan paha, dada dan lekuk-lekuk tubuh wanita adalah kebebasan individu yang harus di hargai. Mereka terjebak pada pusaran arus nafsu dan syetan yang berkiblat pada budaya barat. Mereka lupa akan sifat-sifat budi luhur dan nilai-nilai agamanya, yang menjurus pada sifat hewaniyyah yang hanya menggunakan nafsu tanpa akalnya.

Tehnologi dan Moral Anak Bangsa
Seiring dengan kemajuan tehnologi, manusia indonesia walupun bukan penemu atau penghasil kemajuan tehnologi, dari satu sisi sangat beruntung karena dapat memanfaatkan dari hasil kemajuan tehnologi, mulai dari kapal udara, kapal laut, hingga mesin-mesin besar dapat di kendalikan dengan komputer. Begitu juga komunikasi dapat di lakukan dengan jarak jauh, baik menggunakan telepon maupun internet. Kita bisa menyaksikan berita-berita kejadian dunia cukup duduk di depan televisi atau internet tanpa membutuhkan waktu yang banyak dan sulit. Begitu juga perekononian dapat dikendalikan dengan mudah dengan hasil kemajuan tehnologi sehingga semua dapat berjalan dengan cepat, efektik dan efesien sesuai dengan yang di harapkan.
Dari kemajuan dan manfaat tehnologi tersebut, di sisi lain kemajuan tehnologi menjadi ancaman dan bom waktu terhadap kerusakan moral anak bangsa indonesia, dimana hasil kemajuan tehnologi di jadikan sebagai alat dan senjata oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk mengikis dan merusak moral anak bangsa, hampir tiap hari anak bangsa indonesia di suguhi dengan gambar dan tontonan-tontonan yang tidak mendidik, menyedihkan dan asusila. Mulai dari anak kecil, muda hingga tua semua setia menyaksikan tontonan-tontonan tersebut di depan televisi. Di tambah lagi dengan adanya internet. Berita, gambar, ataupun tontonan yang berbau maksiat tidak bisa terbendung lagi. Banyak anak-anak muda indonesia menggunakan internet, tetapi setelah di teliti ternyata mereka lebih condong mencari gambar-gambar bugil dari pada mencari data informasi atau berita. Sesungguhnya Alloh telah memulyakan manusia dengan memberikan kepadanya kemampuan untuk membedakan antara baik dan jelek, maka Alloh memberikan atas Nafsu Al Insaniyyah kemaksiatan dan ketakwaannya, dan di tanamkan pada tabiatnya kebaikan dan kejelekan. Dan di jadikan pada manusia sifat iradah ( keinginan ), dengan iradar itu manusia mampu membedakan diantara dua sisi yang mengarah pada baik dan bagus[9]. Dari itu mereka tidak sadar akan perbuatannya yang mengarah pada kehancuran moral.
Terkikisnya Nilai-Nilai Luhur, Keimanan dan Moral Anak Bangsa
Dengan semakin bertambah maraknya pornografi dan pornoaksi di Indonesia akibat dari penyalahgunaan hasil kemajuan tehnologi oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab dan juga tidak terbendungnya arus globalisasi, telah membawa dampak yang besar terhadap rusaknya moral anak bangsa. Hampir tiap hari kita mendengar atau menyaksikan perbuatan asusial, ada orang tua memperkosa anak perempuannya sendiri. Ada anak laki-laki memperkosa Ibunya, anak SD melakukan hubungan seksual dengan teman lain jenisnya. Sungguh pemandangan yang sangat pahit dan menyakitkan. Dimana nilai-nilai luhur anak bangsa terkikis, keimanan dan moral mulai di tinggalkan. Dan sesungguhnya umat islam sekarang butuh pada kekuatan besar yang mendorong mereka dalam kelangsungan hidupnya, dan jauh sekali adanya kelangsungan tersebut hanya di sandarkan pada pikiran dan akal, kekuatan besar yang mereka butuhkan ialah akhlak[10]
Di samping itu juga, pornoaksi terjadi di mana-mana, dijalan, di mall ataupun di tempat-tempat umum, kaum hawa berlomba-lomba mempertontonkan paha dan dadanya yang menonjong lekuk-lekuk tubuhnya yang menarik kaum laki-laki, yang berakibat terjadinya pemerkosaan dimana-mana. Semua itu adalah akibat tidak adanya penjagaan diri mereka, dengan menanggalkan nilai-nilai luhur, keimanan dan moral yang ada padanya. Maka tak salah kalau beberapa tahun yang lalu di Italia diadakan permusyawaratan ilmiah tentang " cultural relatioans for the futur " ( hubungan kebudayaan di kemudian hari ) dan di temukan dalam laporan tentang " recons-tituting the human community " yang kesimpulannya, antara lain, sebagai berikut" untuk menetralkan pengaruh tehnologi yang menghilangkan kepribadian, kita harus menggali nlai-nilai keagamaan dan spiritual[11]. Oleh karena itu nilai agama dan spiritual adalah kunci keselamatan moral.


Epilog
Dari gambaran dan uraian luas diatas, dapat kita tarik garis kesimpulan bahwa kerusakan dan kehancuran moral anak bangsa indonesia adalah 1). Karena masuknya budaya asing (barat) yang bersifat hadonisme dan passivisme melaui hasil kemajuan tehnologi, dimana masuknya budaya tersebut karena kurang adanya kontrol serta filter ketat oleh semua lapisan, baik kelurga, pendidik, msyarakat maupun pemerintah. Sehingga terjadilah akulturasi budaya, yang sedikit-demi sedikit menggusur budaya kita ( budaya anak bangsa indonesia ). 2) Karena lemahnya nilai keimanan anak bangsa indonesi ketika berhadapan dan berbenturan dengan budaya barat, sehingga terbawa arus budaya barat. Dan kita ketahui bahwa kehormatan dan kemuliaan suatu negara adalah terletak pada akhlak dan moral bangsa itu sendiri. Sebagaimana dikatakan Asy Syauqi " Sebuah bangsa akan ada dan lestari selagi akhlak masih melekat, Jika sirna, maka sirna jugalah bangsa tersebut. Dia juga berkata, " Di atas akhlak dibangun kemuliaan sebab tidak ada tiang penopang kemuliaan selain akhlak.
Menurut hemat penulis, untuk mengantisipasi kemerosotan dan kehancuran moral tersebut, sekaligus mengembalikan budaya kita, budaya yang di tanamkan nenek moyang kita, maka ada beberapa langkah yang haru kita ambil., 1). Adanya tuntunan serta kontrol orang tua dan guru terhadap prilaku anaknya ketika di rumah maupun sekolah. 2) Adanya kontrol dan filter budaya asing yang masuk oleh masyarakat, dalam hal ini, yang di motori oleh Ulama, tokoh-tokoh agama dan tokoh masyarakat. 3). Kontrol dan filter budaya asing oleh pemerintah dalam hal ini adanya undang-undang yang jelas tentang larangan pornoaksi dan ponografi. 4) Dibangunnya kesadaran dan penggalian kembali nilai-nilai keagamaan dan spiritualitas, yang kita mulai dari diri sendiri. Wallohu A'lam Bissowaab.[12]

[1] ). Al Barry M. Dahlan, Kamus ilmiah populer, Arkola surabaya, tanpa tahun
[2] ). Redi Mulyadi, Kamus nasional kontomporer, CV. Aneka, Solo, Thn 1991
[3] ). Al Qaradhowi, Dr. Yusuf, Islam abad 21, Pustaka Al Kautsar, Jakarta timur, Cet. 1, 2001, Hal. 4
[4] ). Al Qardhowi, Dr. Yusuf, Islam abad 21, Pustaka Al Kautsar, Jakarta timur, Cet. 1, 2001, Hal. 11
[5] ). Al Qaradhowi, Dr. Yusuf, Islam abad 21, Pustaka Al Kautsar, Jakarta timur, Cet. 1, 2001, Hal. 12
[6] ). Al Qur'an dan terjemahnya, Mubarokatan toyyibah, kudus, Srt. yasin : 40
[7] ). Al Qaradhowi, Dr. Yusuf, Islam abad 21, Pustaka Al Kautsar, Jakarta timur, Cet. 1, 2001, Hal. 13

[8] ). Al Bouti, Dr, Muhammad Sa'eed Ramadan, Khiwar Khaulu Musykilaati Hadhooriyah, Daarul Al Faaraaby, Cet. Baru, 2005, Hal.45
[9] ). An Nahlaawy, Usul At Tarbiyyah Al Islamiyyah Wa asaaliibiha, Dar Al Fikr, Hal.33
[10] ). Al Bouti, Dr,Muhammad Sa'eed Ramadan, Daarul Al Faaraby, Cet.baru, 2004, Hal 73
[11] ). Shihab, Dr, M. Quraish, Membumikan Al Qur'an, Mizan, Cet.20, 1999, Hal.65
[12] ) Karya tulis ini, di tulis oleh Dhofirul Yahya, Mahasiswa Al Ahgaff Syari'ah Wal Qonuun, tarim.

JALAN MENUJU ALLOH

JALAN MENUJU ALLOH[1]

A.PROLOG

Kewajiban seorang hamba selagi masih hidup dan berakal adalah menghambakan dirinya pada Al Haq Azza Wajalla sebagai bentuk wujud loyalitas seorang mahluk pada Al kholiq dengan mencurahkan segala prilaku dan perbuatannya sesuai dengan hukum yang telah ditetapkan Alloh SWT sebagai dogma yang harus diterima dan diimplementasikan dalam wujud kehidupannya sehari-hari sebagai pedoman hidup, agar Ia tetap survif dan eksis ditengah-tengah kehidupannya penuh dengan makna dan arti, yaitu dengan melaksanakan perintah dan larangannya secara kontinuitas.Dalam meniti menuju Al Kholiq seorang hamba tidak cukup dengan amal dhohir semata, maka disini dibutuhkan amal Qolbiyyah sebagai pendukung untuk lebih cepat sampai padanya yang disebut Wusul Ila Alloh, disamping ia harus membangun hubungan vertikal kepada Alloh SWT dan Horisontal pada sesama mahluk yang baik, yang mana itu adalah sebagai balancing dalam tatanan kehidupannya sebagai mahluk social yang saling membutuhksn dan berinteraksi antara yang satu dengan yang lain, disisi lain adalah sebagai kewajibannya beribadah kepada Al kholiq selaku penciptanya sebagai haq Alloh yang harus dipenuhi.
Alloh adalah tujuan terakhir bagi setiap hamba, sebagai kekasih dan pujaan hakiki dimanapun dan kapanpun Ia berada, baik susah maupun senang, baik di dunia maupun akherat, Alloh selalu bersama hambanya, yang mengawasi, memberi petunjuk serta memberi pertolongan. Ia maha tahu apa yang dilakukaan dan diiginkan hambanya. Oleh karena itu tidak ada kenikmatan yang lebih besar kecuali menyaksikan Al haq jalla fi ula baik di dunia maupun setelah datangnya ajal kematian. Maka Untuk memasuki gerbang ilahi menyaksikan Al haq tajjali perlu dibutuhkan yang namanya syari’at, thorikot, serta haqiqot sebagai instrument yang saling melengkapi antara yang satu dengan lainnya menuju daerah ilahiyyah. Untuk itu perlu kiranya kita mengetahui apa itu syari’at, thorikot dan haqiqot.

I. SYARI’AT

الشريعة هى الأخذ والإتباع لدين الله تعالي والإمتثال للمأمورات والإجتناب عن المنهيات

Syari’at adalah mengambil ( melaksanakan ) dan mengikuti agama Alloh SWT dengan menjalankan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangannya.

Agama Alloh dijabarkan dalam tiga hal yang kesemuanya fardlu ain untuk dipelajari yaitu 1. العلم الذي يصحح العقيدة
( ilmu yang membawa aqidah menjadi benar disebut ilmu tauhud ).
2. العلم الذي يصحح العبادة
) ilmu yang membawa ibadah menjadi benar di sebut ilmu fiqih )
3. العلم الذي يصحح القلب
( ilmu yang membawa hati menjadi baik disebut ilmu tasawwuf )[2]


MAKNA TASAWWUF DAN SUFI

Ketika Sayyid Imam Qutbi Al Irsyad Habib Abdulloh bin Alawi Al Haddad di tanya tentang sufi dan tasawwuf, dan apakah yang dilakukan seseorang sehingga ia disebut sufi. Kemudian beliau menjawab, Assufi adalah sebagaimana dikatakan oleh sebagian para Arifin :seseorang yang bersih dari kotor dan penuh dengan tauladan dan mencukupksn Alloh dari manusia dan sama menurut pandangannya antara emas dan tanah liat. Sedang tasawwuf adalah keluar dari ahlak tercela masuk pada akhlak terpuji.[3]
Seseorang yang bersih amalnya, perkataannya dan niatnya, bersih akhlaqnya dari bercampur riya’ dan bersih segala sesuatu yang dimurkai Alloh dengan menyongsong Alloh dengan dhohir dan bathinnya serta ketaatannya pada Alloh dengan berpaling pada selain Alloh, memutus rintangan-rintangan yang menyibukkan, dengan membersihkan perkara ini dari keluarnya harta, syahwat dan hawa nafsu, yang mana semua itu disertai dengan ilmu dengan mengikuti Al kitab dan As Sunnah serta petunjuk Salafus sholeh, maka itu dinamakn Sufi kamil.
Sebagian Al muhaqqiqin berkata : sufi adalah orang yang alim mengamalkan ilmunya karena ikhlas, maka Alloh menumbuhkannya memberikan ilmu yang tidak ia mengerti dan Alloh memulyakannya dengan memberi pengertian atas hal-hal yang rumit dalam syareat serta rahasia syare’at.[4]

Attasawwuf Khusnul Khuluq

Tasawwus pada hakekatnya adalah berisikan tentang tatakrama dan akhlak terpuji sebagaimana dikatakan Imam Ali Hasan Al Attos,” tasawwus pada hakikatnya terdapat pada dua perkara yaitu selamatnya hati dan murah hati. Yang kedua budi pekerti yang bagus[5]. Mereka ahli tasawwuf berkata tasawwus semuanya budi pekerti yang bagus, barang siapa yang tambah atas kamu budi pekerti maka bertambahlah pada kamu tasawwuf. Budi pekerti yang bagus tercakup dalam tiga hal :” tidak menyakiti, rendah hati dan wajah berseri.

Attasawwuf mengarah pada Al Haq dan Mahluk

Attasawwuf adalah akhlak yang terpuji yang harus dilakukan oleh seorang hamba baik ketika interaksinya bersama Alloh maupun sesama mahluk. Imam Al ghozali Rohimakumullah berkata : Ketahuilah sesungguhnya taswwuf mempunyai dua pekerti : Istiqomah bersama Alloh dan berdiam bersama mahluk.barang siapa yang istiqomah dengan Alloh dan berbuat bagus ahlaknya terhadap manusia dan berlaku pada mereka dengan sabar dan memaafkan maka dia dinamakan sufi[6].

II. THORIQOT
الطريقة هي الأخذ بالأحوط في سائر الأعمال

Thoriqoh adalah mengambil ( melaksanakan ) agama dengan sangat waspada dan berhati-hati di dalam semua amal perbuatan[7]. Diantara sikap sangat waspada berhati-hati dalam menjalankan adalah sifat waro’ dan azimah seperti riyadloh. Menurut Imam Abul Qosim Al Qusairi, waro’ adalah meninggalkan hal-hal yang bersifat shubhat[8]. Sedangkat Azimah menurut bahasa adalah tujuan yang sangat kuat, yang dimaksudkan adalah bersungguh-sungguh dan sabar atas masalah-masalah yang berat menurut nafsu yang bertentangan dengan hawa nafsu. Seperti riyadloh yaitu mendorong nafsu untuk melakukan amal-amal yang dituntut akhlak budi yang bagus seperti terjaga pada waktu malam hari, mampu menahan lapar, zuhud, jujur, uzlah, meninggalkan barang yang disenangi nafsu dan lain-lain, yaitu semua sifat dan perilaku yang bisa mendekatkan diri pada Alloh SWT.
Sedangkan thoriqot menurut ahli haqiqot adalah ibarat atas ketentuan Alloh dan hukum-hukun taklif yang tidak ada keringanannya, khususnya bagi salik kepada Alloh dengan memutus derajat, kenaikan pangkat serta kedudukan. Syarif Al Jurjani berkata : Atthoriq adalah tempat letaknya emas sedang ilmu disebut syari’at sedang amal dengan ilmu disebut thorikot . Awal thoriq berjalan dengan kepayahan dan kerja berat yang pada akhirnya mendapat kemenangan atas segala sesuatu yang diharapkan.
Thoriqot menuju Alloh sangatlah banyak dan berbeda-beda oleh karena itu masing-masing mempunyai thoriqot yang dipilih untuk bisa sampai pada Alloh seperti :
sebagian orang sufi ada yang yang thoriqotnya mendidik masyarkat dengan cara memberikan petunjuk untuk beribadah kepada Alloh dan berakhlak mulia.
ada yang thoriqotnya memperbanyak aurot ( amalan-amalan ibadah ) seperti sholat, puasa, membaca Al Qur’an, membaca tasbih dan lain-lain, thoriqot ini adalah thoriqohnya Al mutajarridin Lil ibadah ( orang-orang yang kehidupannya melulu untuk beribadah ) dan thoriqohnya As Shodikin.
ada yang thoriqohnya melayani Fuqoha’, As Shufiyyah dan Ahluddin.
Ada yang thoriqohnya mencari kayu bakar dari hutan, mencari ikan di laut kemudian ia menjualnya ke pasar dengan niat hanya untuk shodaqoh. Amal ibadah ini adalah ibadah yang sangat bermanfaat karena hal ini menjadi sarana untuk memperoleh barokah doanya orang muslim.
Imam Abdullah bin Alawi Al Haddad berkata jalan tasawwuf walaupun banyak ( bermacam-macam ), maka sesungguhnya itu adalah satu jalan yaitu memerangi nafsu dan keluar dari sifat yang mengajak pada nafsu dan ini adalah perkara yang sulit[9]. Sebagaimana juga Imam Abu Hasan As Syadzili RA, berkata : thoriqoh tidaklah dengan cara biarawan, tidak juga dengan makan gandum dan tepung tetapi dengan sabar, yakin dan petunjuk hidayah[10].

III. HAQIQOT

الحقيقة هي وصول السالك للمقصود وهو معرفة الله سبحانه وتعالى ومشاهدة نور التجلي

Haqiqot adalah telah sampainya salik ( orang yang menuju Alloh SWT ) kepada yang dimaksud yaitu ma’rifatullah dan menyaksikan nur tajalli. Imam Al Ghozali berkata : Tajalli adalah nur dari suatu yang ghaib yang dibukakan dalam hati[11].
Menurut Abu Al Qosim Al Qusyairi Syari’at adalah menerima perintah untuk melaksanakan pengabdian kepada Alloh secara kontinyu, sedang haqiqot adalah melihat dengan hati akan sifat-sifat ketuhanan[12]. Maka disinilah rasa sadar penuh seorang hamba dalam pengakuan dirinya bahwa ia adalah orang yang hina dan rendah disisi Alloh, harta jabatan yang ada disekelilimgnya hanyalah titipan semata yang sewaktu-waktu akan diambil kembali oleh Alloh, oleh karena itu Ia menyongsong panggilan tuhannya berupa melaksanakn perintah maupun menjauhi laranannya dengan hati yang saliim, dengan memandang sifat-sifat keagungan Alloh SWT.
Sebagaimana juga Sayyid Abdulloh bin Alawi Al Haddad ketika ditanya apakah makna berjalan menuju Alloh, kemudian beliau menjawab, makna berjalan menuju Alloh ( السير ) ialah membersihkan hati dan anggota badan dari akhlak dan perbuatan yang tercela ( mungkar ),dengan begitu seorang hamba kepada Alloh menjadi dekat ma’nawiyyah. Tetkala ia lebih banyak membersihkan membagusi diri Maka ia akan merasa lebih hina serta lebih dekat kepada Alloh dan juga semakin cepat melewati maqomat-maqomat ( derajat kedudukan ) dengan haliahnya tidak dengan ilmu dan bentuk luarnya.
Sedang thorikot adalah berbuat ( beramal ) sesuai dengan yang dimaksudkan syari’at Alloh melalui lisan Nabinya SAW. Apa yang disyari’atkan Alloh dinamakan syari’at, begitu juga ilmu yang disyari’atkan, maka sesungguhnya dinamakn syari’at juga. Dan beramal dengan ilmu tersebut dinamakan thoriqot, sedangkan hasil buahnya berupa menghadap dzat yang Haq dan berhenti pada haqqul yaqin . orang yang telah sampai pada Alloh yaitu orang yang telah sampai dengan dengan mengerti Alloh pada batas dimana ilmu ‘Ulama’tidak dapat menembusnya ( ilmu Ulama’ telah habis dari mahluknya )[13]. Ahli derajat ini berbeda-beda dengan tanpa terbatas. Kemudian orang yang wasil sampai pada derajat ini ada dua, diantara salah satunya dinamakan Al Jam’u yaitu tenggelam dalam menyaksikan sifat-sifat bagus serta kemulyaan Alloh, sedang yang lain dinamakan Al Farq yaitu menyaksikan mahluk, maka tetkala Al Arif Billah sampai pada Halatu Al Jam’i hilanglah dirinya serta lainnya dari bangunan jenisnya dan tenggelam dengan Robnya, dan hilang darinya semua rasa malu tidak terbersit diwaktu itu, tidak ada wujud yang tampak kecuali wujud Al Haq Azza Wajalla. Di waktu maqom Al Jam’u ini isyarah perkataan nabi : “Aku mempunyai waktu yang tidak cukup banyak kecuali dengan tuhanku. Kemudian sesungguhnya langgeng datangnya Al Jam’u adalah jarang sekali, dan tetkala langgeng tampak perkara-perkara yang menakjubkan dan aneh.
Sedangkan Al Kamil ialah orang yang menggabungkan diantara Alloh Al Haq dan mahluk, dhohirnya ia bersama mahluk sedangkan bathinnya bersama Al Haq Azza Wajalla, itulah derajat para nabi , shoddiqin dan Auliyaul kamiliin.[14] Tiada sesuatu pun yang lebih membantu terhadap seorang hamba untuk sampai kepada Alloh SWT kecuali dengan memperbanyak dzikir pada Alloh serta melaksanakan perintah dan larangannya disamping juga menampakkan kerendahan dan merasa butuh serta melepaskan diri dari daya kekuatannya dikembalikan pada daya kekuatan Alloh, serta melihat keutamaan dan anugerah Alloh SWT.
Sebagaimana dikatakan Syekh Abu Alhasan RA, Ia berkata : Al Arif yaitu orang yang mengetahui kekuatan waktu Pada taufiq dan kebajikan Alloh yang berlaku dari Alloh padanya serta tenggelam kejelekannya dalam kebajikan Alloh SWT.sedangkan Alhaqoiq adalah maani yang berada dalam hati dan sesuatu yang jelas dan tersingkap dalam hati dari kegaiban yaitu anugerah pemberian Alloh dan karomah, yang dengan haqoiq tersebut seorang telah sampai pada kesalehan dan ketaatan.[15]

B. EPILOG
Dalam penjabaran diatas kiranya dapat kita ambil garis besar bahwa syari’at adalah undang-undang Alloh yang berisi tentang perintah dan larangan Alloh yang termaktub dalam Al kitab dan Assunnah, yang dalam bentuk konkritnya terbagi menjadi menjadi tigal hal yaitu ilmu tauhid, ilmu fiqih dan ilmu tasawwuf yang mana semua harus dipelajari oleh seorang muslim agar Ia tidak terjerumus pada jurang kesesatan yang semakin menjauh dari jalan Alloh SWT, sebagaimana kalau kita ibaratkan rambu-rambu lalu lintas maka disitu ada lampu kuning yang menunjukkan arti siap-siap atau hati- hati, lampu hijau menunjukkan makna jalan terus dan lampu merah menunjukkan makna larangan. Kalau seseorang melanggar aturan lalu lintas tersebut maka pastilah Ia dapat peluit dari polisi karna pelanggarannya, begitu juga As salik ketika berjalan menuju Alloh dengan mengikuti jalan dan aturan-aturan Alloh maka Ia akan dapat berjalan dengan cepat dan mulus untuk sampai pada yang dimaksu yaitu Alloh SWT dengan tanpa adanya halangan dan rintangan.
Sedangkan thorikot adalah bagaimana melaksanakan Amal ibadah yang diperinatahkan oleh Alloh, dhohir maupun bathin, mahdloh maupun ghairu mahdlo secara baik, bagus dan benar, yang mana semua itu dapat dilakukan dengan hati-hati dan waspada dengan melakukan mujahadatu Annafsi dimana dengan menekan kesenangan nafsu dan menguasai dirinya ia dapat mengendalikan dirinya bukan malah sebaliknya ia dikendalikan nafsu dengan bisikan-bisikan syetan yang berusaha untuk membelokkan imannya dalam kekufuran. Begitu juga dengan menjauhi barang-barang syubhat karna dengan memakan ataupun menggunakan barang subhat, maka sesungguhnya itu menjadikan hambatan dalam diri seorang salik yang berimplikasi pada berat melakukan amal kebaikan dan senang menuruti keinginan nafsu, tentunya juga semua amal tersebut dilakukan dengan sabar dan yakin dengan petunjuk Alloh SWT.
pada ahkhirnya seolang mukmin salikiin ila Alloh ketika mau melaksanakan itu semua, maka Ia akan menuai buahnya berupa haqiqot yaitu ma’rifat billah melihat Alloh dengan hatinya, yang mana di akherat melihatnya dengan mata. Sebagaimana telah mashur dikalangan Arifin Hakikat tanpa syari’at adalah batal, begitupula syari’at tanpa haqiqot adalah terabaikan ( sia-sia ).
Kiranya sampai disinilah makalah kajian ini, saya selaku penulis hanya bisa menyampaikan apa adanya sesuai dengan kadar pengetahuan penulis, semua itu karma keterbatasan pengetahuan dan keilmuan penulis. Tentunya makalah ini bukannya segalanya tetapi hanya sebagai sekedar stimulan untuk membuka cakrawala pemikiran kita yang melaju pada pengamalan bisidqi wal ikhlas. Akhirnya saya berdo’a semoga Alloh SWT membukakan hati kita sebagaimana hati para arifin dan memudahkan kita segala urusan amal kebaikan baik agama dunia maupun akherat. Amiin ya Rabbal Alamin.


[1] ). Makalah ini disampaikan oleh Virdho El Gres.dalam forum kajian sufistik PW HIPMI ( Himpunan pelajar dan Mahasiswa di Yaman ) Hadromaut.
[2] ). Syekh Muhammad Jamaluddin bin Ahmad, At Thoriq Ila Alloh, Pustaka Muhibbin, Jombang, Hal.02, Thn.2006.
[3] ). Al Allamah Al Muhaqqiq Adda’I Ila Alloh Habib Zein bin Ibrohim bin Smith, Al Manhaj Assawy, Darul Ilmi Wadda’wah, Tarim Hadromaut, Cet. 01, Hal.489, Thn. 2005.
[4] ). Al Allamah Al Muhaqqiq Adda’I Ila Alloh Habib Zein bin Ibrohim bin Smith, Al Manhaj Assawy, Darul Ilmi Wadda’wah, Tarim Hadromaut, Cet. 01, Hal.490, Thn. 2005.
[5] ). Al Allamah Al Muhaqqiq Adda’I Ila Alloh Habib Zein bin Ibrohim bin Smith, Al Manhaj Assawy, Darul Ilmi Wadda’wah, Tarim Hadromaut, Cet. 01, Hal.490, Thn. 2005
[6]). Al Allamah Al Muhaqqiq Adda’I Ila Alloh Habib Zein bin Ibrohim bin Smith, Al Manhaj Assawy, Darul Ilmi Wadda’wah, Tarim Hadromaut, Cet. 01, Hal.491, Thn. 2005
[7] ). Syekh Muhammad Jamaluddin bin Ahmad, At Thoriq Ila Alloh, Pustaka Muhibbin, Jombang, Hal.02, Thn.2006.

[8] ). Syekh Muhammad Jamaluddin bin Ahmad, At Thoriq Ila Alloh, Pustaka Muhibbin, Jombang, Hal.02, Thn.2006.

[9] ). Al Allamah Al Muhaqqiq Adda’I Ila Alloh Habib Zein bin Ibrohim bin Smith, Al Manhaj Assawy, Darul Ilmi Wadda’wah, Tarim Hadromaut, Cet. 01, Hal.491, Thn. 2005

[10] ). Al Allamah Al Muhaqqiq Adda’I Ila Alloh Habib Zein bin Ibrohim bin Smith, Al Manhaj Assawy, Darul Ilmi Wadda’wah, Tarim Hadromaut, Cet. 01, Hal.492, Thn. 2005


[11] ). Syekh Muhammad Jamaluddin bin Ahmad, At Thoriq Ila Alloh, Pustaka Muhibbin, Jombang, Hal.08, Thn.2006.

[12]). Syekh Muhammad Jamaluddin bin Ahmad, At Thoriq Ila Alloh, Pustaka Muhibbin, Jombang, Hal.08, Thn.2006.

[13] ). Imam Haromain Mufti Makkah Syekh Ahmad bin Zaini Dahlan Al Hasani, Taqriibu Al Usul Li tashiili Al Wusul, Muassasatu Al Kutub Asstaqofiyyah, Cet. 01. Hal. 26, Thn. 1999.
[14] ). Imam Haromain Mufti Makkah Syekh Ahmad bin Zaini Dahlan Al Hasani, Taqriibu Al Usul Li tashiili Al Wusul, Muassasatu Al Kutub Asstaqofiyyah, Cet. 01. Hal. 26, Thn. 1999
[15] ). Imam Haromain Mufti Makkah Syekh Ahmad bin Zaini Dahlan Al Hasani, Taqriibu Al Usul Li tashiili Al Wusul, Muassasatu Al Kutub Asstaqofiyyah, Cet. 01. Hal. 33, Thn. 1999